Telah banyak mendengar perbincangan mengenai bisnis operasional yang kini semakin Agile. Memberikan klaim bahwa perusahaannya agile. Menganggap bahwa mereka termasuk dalam golongan yang agile. Ikut trend.. mengikuti perkembangan jaman. Jika tidak mengikuti perkembangan jaman maka kita dianggap kudet (kurang update).
Sekarang kita tidak berbicara mengenai bisnis operasional, namun kita coba berbicara mengenai beberapa aspek Agile yang mungkin di luar perkiraan anda. Seperti Internal Audit.
Kebanyakan dari kita tidak berpikir secara bijaksana terhadap fungsi internal audit pada kebanyakan perusahaan besar. Internal audit nampak seperti birokrat bermata hijau, dan orang-orang yang selalu mengikuti peraturan. Mereka merupakan pembela peraturan, pemegang teguh kepatuhan, orang-orang kepercayaan di dalam birokrasi.
Apakah seperti gambaran internal audit di dalam benak anda ?

Sebagian besar fungsi internal audit tidak memberikan nilai tambah.
Laporan yang dikeluarkan oleh Pwc akhir-akhir ini begitu mengejutkan, perusahaan penyedia jasa multi nasional di New York, menyimpulkan bahwa hanya 44% dari stake holder internal percaya bahwa fungsi internal audit memberikan nilai tambah. Parahnya lagi, kepercayaan stake holder menurun dari 54% di tahun 2016 menjadi 44% di tahun 2017. Laporan tersebut menyatakan bahwa penurunan tersebut merupakan penurunan tertinggi selama lima tahun terakhir.
Satu alasan bahwa beban kepatuhan yang bertambah terus menerus dan tekanan untuk berbuat lebih dengan tindakan seminimal mungkin.
Alasan lainnya yakni perusahaan tersebut memang sedang mengalami disrupsi besar-besaran. Disrupsi, atau perubahan secara drastis oleh faktor eksternal. Kenyataannya, memang cepat, melalui inovasi akan menumbuhkan pasar-pasar baru, perputaran ekonomi, regulasi baru atau bahkan bencana masiv dalam ekonomi.
Pandangan tradisional terhadap internal audit sebagai kepatuhan-menyalurkan jaminan yang obyektif terhadap efektifitas pengendalian internal audit – tidak sesuai dengan lingkungan yang bergejolak. Apakah menurut anda perusahaan yang telah menerapkan rencana dan deal dengan risiko yang telah diketahui, rencana telah dipertaruhkan dan ketika resiko ketidak pastian telah datang dari berbagai hal yang tidak terduga merupakan perusahaan terbaik ?
Garis abu-abu dan ketidak pastian di dalam laporan, yakni bagian terpenting dari fungsi internal audit. berdasarkan pada survey ratusan perusahaan 18% merupakan cara terbaik dan mengadopsi pendekatan agile di dalam fungsi Internal Audit.

Tujuh kunci untuk Agile Internal Audit
Berdasarkan pada laporan tersebut, tujuh kunci pelopor internal audit yakni :
Pertama, aktif dan cakupannya lebih luas di dalam situasi disrupsi. Fungsi audit internal membantu perusahaan mengantisipasi dan merespon kekacauan bisnis. Hal tersebut membuat disrupsi menjadi semakin terjalin, misal seperti privasi dan ciber security, tidak hanya area-area yang terkait dengan compliance saja. Contoh lainnya yakni lebih dari dua pertiga peristiwa yang berhubungan dengan brand dan reputasi, perkembangan teknologi, dan perubahan model bisnis. Bahkan membantu perusahaan berurusan dengan kekacauan operasional tentunya seperti perubahan regulasi.
Kedua, bersiap-siap dan beradaptasi. Pelopor Agile di dalam fungsi internal audit adalah menyiapkan dan adaptasi serta bersiap-siap terhadap efektifitas di lingkungan yang kacau. Mereka percaya bahwa perubahan tambahan tidak cukup untuk membuat bisnis berubah. Malahan, mereka percaya bahwa perlu berpikir beda untuk membuat perubahan dramatis. Mengantisipasi dan merespon dengan cepat terhadap kekacauan.
Ketiga, menilai resiko kekacauan yang mungkin akan terjadi di masa depan. Pelopor Agile pada fungsi internal audit adalah menentukan kekacauan yang mana yang mungkin akan terjadi, kemudian mengukur seberapa signifikan dampak yang akan diterima. Proyeksi masa depan atas kejadian termasuk risiko dapat membantu memperbaiki keputusan investasi.
Keempat, proactive di dalam keadaan kacau. Misalnya pelopor Agile lebih sering menyediakan pandangan-pandangan terkait dengan risiko yang berkaitan dengan kekacauan, sebelum kekacauan terjadi, dan kemudian memberikan saran dengan sudut pandang proses dan desain pengendalian yang dibutuhkan sebagai respon.
Kelima, talenta manajemen yang fleksibel. Seorang model management bertalenta kini tidak lagi merupakan sebuah inovasi, sebuah laporan menyatakan bahwa  mengingat laju perubahan, internal audit tidak dapat berharap pada sumber, pelatihan dan pengembangan, sebab talenta tetap relevan terhadap perubahan dan risiko lingkungan bisnis.
Keenam, perencanaan yang fleksibel. Pelopor agile di dalam fungsi internal audit mengakui bahwa kebutuhan untuk membangun kekacauan yang mungkin terjadi ke dalam perencanaan dan penilaian risiko. Mustahil mengidentifikasi semua potensi kekacauan bisnis, namun paling tidak ada satu dari sekian yang telah diprediksi terjadi. Fungsi perencanaan internal audit yang lincah yakni merespon hal ini dan merencanakan upaya dengan menggunakan sumber yang ada. Sekitar 73% fungsi agile internal audit merubah rangkaian dan sisanya mengevaluasi risiko.
Ketujuh, kolaborasi dengan lini lainnya. Sebuah laporan menyatakan bahwa 76% fungsi agile internal audit memaukan partner dengan manajemen risiko lainnya dan fungsi kepatuhan. Akibatnya pelopor agile Internal audit memahami kembali tujuan utama fungsi internal audit. Mereka mengaspirasi untuk bertindak sebagai pemberi nasehat terpercaya, tidak hanya sebagai pengawas kepatuhan dengan peraturan yang lama.
Laporan menyatakan bahwa hampir separuh dari pelopor internal audit Agile mencapai status kepercayaan sebesar 9% hingga 18%. Laporan tersebut juga menyebutkan 55% dari responden mengatakan bahwa mereka menginginkan internal audit menjadi bagian yang paling terpercaya pada tahun 2020.
Laporan tersebut menggugah semua internal auditor. Bagaimanapun juga, gap yang ada diantara kinerja internal audit dan harapan dari stakeholder bukan hal mustahil untuk di dekatkan, penyediaan kesempatan kepada fungsi internal audit agar mampu menyediakan lebih banyak nilai tambah. Pada kenyataannya, fungsi internal audit dapat juga memberikan pengaruh buruk pada organisasi yang akhirnya tidak sesuai dengan harapan stakeholder.
Sejujurnya internal auditor perlu memberikan nilai-nilai kepada para stakeholder baik melalui produk ataupun jasa yang dihasilkan. Feed back yang diberikan oleh para stake holder akan membuat fungsi audit lebih luwes, membuat perubahan, dan memberikan nilai tambah di lingkungan yang berubah-ubah, tidak pasti, kompleks dan ambigu.

Terima kasih telah berkunjung ke website kami, itulah sedikit penjelasan mengenai hal-hal terkait disrupsi. Apabila pembaca membutuhkan konsultasi manajemen, membutuhkan pembenahan Standar Operational Procedure (SOP) perusahaan dan butuh Accounting Software pembaca dapat menghubungi groedu@gmail.com atau kontak 081-252-982900 / 081-8521172. Kami siap membantu anda.